Minggu, 29 Oktober 2017

Asal kota Wates Kulon Progo

[18/10 5.53 PM] Sirwan: Awal mula kampung di Kota Wates (by rwa)
Jauh sebelum terbentuk kabupaten Kulon Progo, cikal bakalnya ada di daerah seputar wates. Ketika perang Diponegoro, banyak para punggowo dan pengikut Pangeran Diponegoro yang meninggalkan Ngayogyakarta menuju arah barat ke seberang kali progo. Tujuannya mencari ketenangan sambil menyusun siasat dan strategi untuk melawan kompeni Belanda. Salah satunya Kyai Nur Muhammad, paman P Diponegoro. Beliau membuat padepokan di hutan yang sekarang dikenal dengan nama Mutihan. Sekarang rumah sebelah utara masjid Muti'an. Beliau punya putra bernama Dimyati. Diberi nama Dimyati karena pada saat umur 7 tahun di sekolahkan di Mesir di dusun Dimyat, kemudian pulang diberikan nama Dimyati.
Kyai Nur muhammad bersma putranya dan para pengikutnya kemudian membuat padepokan untuk belajar mengajar dan menyiapkan tatanan kemasyarakatan, sambil  melakukan perlawanan terhadap kompeni. Tatanan kemasyarakatan tersebut diantaranya nama-nama tempat tinggal dan hari pasaran. Nama tempat tinggal digolongkan sesuai dengan aktivitas kesehariannya. Misalnya, pengikut yang bersifat halus lemah lembut, ramah ditempatkan di Muti'an yang sekarang ini jadi dusun Mutihan dengan Masjidnya yang bernama Masjid Muthi'an, masjid  yang pertama kali didirikan di sekitar  Wates bersamaan kedatangan Kyai Nur Muhammad. Yang akitvitasnya menjaga keamanan atau jogoyudo ditempatkkan di Jogoyudan. Yang ahli seni kriya ditempatkan di Kriyanan. Yang ahli agama di tempatkan di Kauman, yang sering berderma atau wakaf di Wakafan. Kemudian ada juga Kesatriyan yg letaknya sebelah timur kali Serang yg sekarang masuk desa Giripeni. Kemudian ada juga Padurungan atau Durungan, Pesanggrahan atau Sanggrahan masuk Bendungan, dan Temon. Kata Temon artinya pertemuan antar dua pasar. Sebelah barat Kota Temon pedagang berkumpul di pasar menggunakan hari. Misalnya, pasar Temon hari senin dan kamis, pasar galeng Jumat dan Ahad, dsb. Sebelah timur Kota temon menggunakan pasaran, misalnya pasar Jombokan pon dan kliwon, pasar wates wage, pasar Kedondong wage, legi, pahing.
Keturunan Kyai Nur muhammad saat ini adalah mbah Muhammad Izzudin yang tinggal di dekat masjid Muti'an. Semoga beliau tetap dalam hidayah Allah SWT.
Nama Klayonan yang berasal dari Putri Klayu juga tidak lepas dari perjalanan perjuangan Kyai Nur Muhammad. Putri Klayu putri dari Mataram keturunan Sunan Kalijaga, ketemu dengan cucu Sunan Gesang yaitu mbah Ma'ruf. Tempat pertemuannya disebut Klayunan (sekarang Klayonan). Salah satu anaknya bernama Abd Anshor dan punya isteri orang Sanggrahan (anak naib) yang merupakan cikal bakal Masjid Al Islam (Sanggrahan Lor).
Nama Kali Serang pun juga tidak lepas dari jejak Kyai Nur Muhammad. Kali Serang  berasal dari nama Nyi Ageng Serang, patungnya ada di tengah2 proliman Karangnongko, terkenal dengan patung kuda. Patung yang sekarang ada adalah versi kedua terbuat dari fiber dan beberapa hiasan atau simbol-simbol.  Sedang versi pertama terbuat dari beton dan berat, yg terletak agak ke selatan dan lebih rendah dari versi patung kedua. Patung kuda versi pertama saat ini dimusiumkan di Kalimenur sebelah barat jalan Wates-Yogya.
Nyi Ageng Serang lahir dengan nama Radeb Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi di Serang (40 km utara Solo) pada tahun 1772 M. Ayahnya Pangeran Natapraja (dikenal Panembahan Serang), seorang pemimpin komandan perang dan Pangeran Mangkubumi. Beliau keturunan Sunan Kalijaga. Nama Nyi Ageng Serang (NyAS) diberikan kepadanya setelah ayahnya meninggal karena penyakit, kemudian mengambil alih posisi ayahnya, jadi komandan perang.
NyAS membantu ayahnya untuk melawan pemerintah kolonial Belanda yang menyerang pribumi karena mempertahankan pasukannya yang melanggar Perjanjian Giyanti. Setelah pertempuran NyAS ditangkap dan dibawa ke Yogyakarta, kemudian di kirim lagi ke Serang. Pada awal perang Diponegoro tahun 1825,  NyAS yang sudah berumur 73 tahun  memerintahkan pasukannya sambil ditandu untuk membantu P Diponegoro melawan Belanda. Selama perang NyAS didampingi menantu laki-lakinya Raden Mas Pak Pak. Beliau berperang di beberapa daerah seperti Purwodadi, Demak, Semarang, Kudus, Juwono dan Rembang.Dan terakhir di Kulon Progo hingga wafat tahun 1838, jenazahnya dimakamkan di Beku, Kulon Progo. Kali yang dilewati perjuangan NyAS akhirnya disebut Kali Serang. Kemudian beberapa nama tempat yang menyusuri kali Serang mengikutinya seperti, Kedungthangkil, Kedungdowo, Kedungpring, Kedunggong dimana sekarang di dusun trs ada daerah namanya Klayonan tempat tinggal Putri Klayu....
To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar